– Cinta Adalah Fitrah
Cinta seorang lelaki kepada perempuan adalah perasaan manusiawi dan fitrah manusia yang berasal dari Allah. Tidak dapat dipungkiri segala jenis perasaan yang paling mendasar dalam hak manusia adalah rasa cinta itu sendiri. Telah kita ketahui bahwa objek yang menjadikan kita mencintai sesuatu adalah hati dan akal pikiran. Dalam fitrah manusia ketika mencinta suatu objek adalah timbul rasa yang serta merta bangkit secara spontan dan tidak bisa ditolak kehadirannya. Dilain sisi, cinta juga tumbuh ketika hati dan pikiran menolak, namun secara indrawi terus menerus mendera lewat berbagai macam sarana untuk tetap sinkron pada objek tersebut.
Salah satunya adalah telinga; ketika dihadapkan pada sebuah keindahan yang sulit diterima (dalam hal ini saya contohkan ketika seorang muslim mendengar azan ataupun lantunan ayat suci namun masih kerap meninggalkan salat dan ibadah lainnya) secara spontan telinga akan menyinkronkan apa yang ia tangkap sebelumnya kemudian mengantarkan kedalam hati lalu diluapkan pada akal. Hati akan selalu jujur namun akal padakalanya selalu berdusta, disinilah kadangkala cinta tak sertamerta sebuah kesucian dalam diri manusia karena pada dasarnya fitra manusia adalah pelupa, melupakan nikmat syukur, dan juga lupa akan perjanjian yang telah manusia sepakati sebelum ia lahir.
Hal ini berdasarkan kutipan dalam website @NU Online yang menuturkan “Tiga fitrah yang sering dilupakan oleh manusia karena memang manusia adalah makhluk pelupa seperti asal katanya nisyanun.” Pertama yang dilupakan adalah bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang paling indah. Ini fitrah pertama. Dia diberi tubuh yang ahsanu taqwim dibanding makhluk hidup yang lain. Hanya seringkali manusia itu sering pelupa,” Kedua, manusia juga sering lupa dengan fitrah tujuan penciptaannya.”Tujuan utama manusia adalah untuk liya’budini. Menyembah Allah SWT. Kalau yang lain adalah tugas tambahan. Karena kita tidak perlu galau dengan ‘urusan dunia ini’,” Ketiga, manusia memang diciptakan fi ahsani taqwim. Tetapi, fitrahnya manusia dicipta bukan makhluk sempurna.
“Karena itulah, makanya manusia harus sadar kalau bentuk ketidaksempurnaannya, ia dapat melakukan kesalahan, dan orang lain juga bisa melakukan kesalahan. Di situlah, makanya orang harus minta maaf kalau ia berbuat salah dan memaafkan kalau orang lain berbuat salah,” kata Kiai MN Harisudin yang juga Wakil Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr PWNU Jawa Timur. (diakses 24 Mei 2018).
Lalu apa hubungannya cinta dengan orang yang sulit menerima keindahan dari Allah? Yaitu kala sebuah peringatan sampai pada manusia namun manusia tersebut tetap pada pendiriannya untuk mengingkari apa yang ia cintai, maka orang tersebut termasuk golongan yang fasik. Sedangkan tuhan tidak pernah lupa untuk terus mencintai hambanya, tapi kerap kali hamba mengingkari kecintaan fitrahnya.
“Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup. Dan mereka akan mendapat azab yang berat.” (Q.S. Al-Baqarah: 07)
Begitu juga ketika kita melihat sebuah fenomena bahwasanya para pemuda yang jiwanya tengah menggelora, ketika dihadapkan pada sebuah keindahan oleh indrawi terhadap sesosok perempuan maka ia akan menggunakan berbagai macam cara (akal) untuk bisa mendapatkannya. Namun idealnya ketika hati dan akal tak pernah berlandaskan pada ilmu, tak bisa dipungkiri fitrah cinta hanya akan menjadi sebuah sarana mengingkari janji Allah.
– Cinta Adalah Perkara Hati Dan Kasih Adalah Perkara Akal
Saat kita merasakan sebuah tingkah laku yang acapkali timbul dari hati, itulah cinta. Memang cinta selalu matang ketika timbul dari sebuah perasaan hati. Berbeda dengan ketika perasaan tadi timbul pada benak dan pola fikir manusia, kala kita melihat situasi yang berbeda dari sebuah keindahan melalui psikologi dan emosional manusia, kita akan lebih mantab lagi untuk menyebutnya kekasih, terkasih, dan kasih. Kekasih dengan tercinta adalah dua rasa yang tak jauh perbedaannya, namun dijalankan pada sarana yang tak sama. Cinta dijalankan oleh hati, dan kasih di kendalikan oleh akal manusia. Manusia bisa saja mengasihi segala unsur keindahan dan keibaan, namun tidak secara otomatis menganggapnya sebuah kecintaan.
Namun demikian, cinta memiliki sifat yang terus menerus berubah sesuai dengan fitrah yang tuhan berikan pada manusia sebagai jiwa yang pelupa. Berbeda dengan kasih yang akan selamanya timbul dalam akal manusia kala melalui apa yang ia lihat dan rasakan oleh sistem indrawi, kasih tidak akan pernah pudar dalam diri manusia, namun cinta tumbuh hanya sebagai pelengkap fitrah manusia. ArRahman-ArRahim, maha pengasih maha penyayang hanya milik tuhan yang maha abadi. Namun Almuhabah adalah muhasabah manusia selama ia terus berusaha mencintai Tuhannya.