Masih pada waktu itu
kau begitu lugu menaruh cangkir kopi untukku
kutenggak dua tiga kali dan pada masanya akan habis
kau kembali menuangkannya.
Sudah tak terhitung angka kau merayuku dengan luka
hanya saja itu terlalu manis buat kubagi pada yang lain
intensitas manjamu meluruhkan digdayaku.
Membuat satu persatu rusukku berapuhan
dipatah-patah habis sampai tak tertinggal
lantas kau sambung dengan pinggul dan bibirmu.
Aku diam saja tak berdaya
mata terpejam sampai isi kepala bertumpahan
kau kecup habis batinku sampai akhirnya aku kalah.
Kau mencumbu cintaku dengan bualan-bulan
menjanjikan terang di kegelapan
berhambur seiring gelisahku.
Kau rangkul pundakku disisa-sisa malam
hingga terbit fajar kau pamit pulang
aku kembali kesepian.
Kurebah badan lelah pada teriknya mentari
sedang bayangmu mengintari
aku mulai lupa diri disetubuhi mati.
18 Agustus 2018