Akal dan fikirku membusuk,
berdarah-darah
sampai tak tau diri
meronta setiap kau tanya;
“Mengapa kau ingin jadi A,
sedang jadi B menyelamatkanmu?”
Tetap tenang meski raga hendak melawan
sampai saja tualang fana, ini
“Ini, ini kan baru fajar. Belum dimulai!”
bibir nyaris menggelegak sumpah ruah
tapi kudapati kau menatap sayu
Jangan-jangan, kau sedang khawatir
pada sekerumunan nasib yang kan menasabku?
Ah, sudah!
kita punya Tuhan, kawan
Hari ini kau bisa makan
bukan karena giat berpeluh-peluh
kau bisa bernafas
bukan lantaran kasian
tapi menyerumu memilah
predestinasi yang setimpal
Kau tau kan, maksudku?,
Maksud Tuhan.